Jumat, 21 Maret 2014

Teori Metode Ilmiah Dan Sikap Ilmiah

Teori Metode Ilmiah Dan Sikap Ilmiah

Metode Ilmiah

Apa itu metode ilmiah? Seiring dengan perkembangan teknik perumusan masalah, berbagai fenomena alam dapat dijelaskan melalui suatu metode yang disebut metode ilmiah. Metode ilmiah adalah metode yang tersusun atas langkah-langkah yang sistematis yang digunakan untuk memecahkan masalah. Langkah-langkah metode ilmiah yang umum dilakukan adalah sebagai berikut
·         Menentukan dan merumuskan masalah: Langkah ini meliputi menentukan dan merumuskan hal-hal apa saja yang perlu diselidiki dan dipelajari untuk memperoleh jawaban. Dalam merumuskan masalah, kita perlu membuat daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan biasanya diawali dengan kata tanya apa, mengapa, siapa, bagaimana, dan di mana. Contoh: mengapa tanaman tumbuh ke arah sinar matahari?
·         Mengumpulkan data: Mengamati dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang diselidiki. Contoh: tanaman dalam pot tumbuh ke arah jendela.
·         Membuat hipotesis: Membuat dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang diselidiki. Contoh:pertumbuhan tanaman dipengaruhi cahaya.
·         Melakukan eksperimen (percobaan): Percobaan dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis. Biasanya, percobaan dilakukan berulang kali sehingga dapat ditarik kesimpulan yang baik dan benar. Contoh: sepuluh tanaman diberi perlakuan penyinaran di salah satu sisi tan am an tersebut.
·         Menarik kesimpulan: Setelah dilakukan beberapa percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh cahaya.

Tujuan mempelajari metode ilmiah

Tujuan dari mempelajari metode ilmiah adalah untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional dan teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Beberapa poindari tujuan dan mafaat seseorang atau peneliti mempelajari metode ilmiah, yaitu:
1.      Mengetahui tata cara penulisan ilmiah.
2.      Dapat menyusun fakta yang nyata dan data tersusun scara sistematis.
3.      Menambah wawasan dalam menggunakan teknik yang cepat dan tepat untuk digunakan dalam menyusun sebuah laporan ilmiah.
4.      Mengetahui bahasa yang digunakan pada tulisan ilmiah yaitu bahasa baku.

Sikap Ilmiah

Sikap Ilmiah Adalah sikap-sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap ilmuwan dalam melakukan tugasnya untuk mempelajari meneruskan, menolak atau menerima serta merubah atau menambah suatu ilmu.
Contoh Sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang peneliti atau ilmuanantara lain :

10 Sikap Ilmiah
1.       Sikap Objektifitas
2.       Sikap Kritis
3.       Sikap Selalu Ingin tahu
4.       Sikap Menghargai Karya Orang Lain
5.       Sikap Tekun
6.       Sikap Terbuka
7.       Sikap Kesederhanaan
8.       Sikap Skeptis
9.       Sikap Disiplin
10.   Sikap Bertanggung Jawab

Sikap-sikap yg harus d terapkan oleh si peneliti :
a. Memiliki rasa ingin tahu (koriositas) dan kemauan belajar yang tinggi
Rasa ingin tahu merupakan awal atau sebagai dasar untuk melakukan penelitian-penelitian demi mendapatkan sesuatu yang baru.
b. Tidak dapat menerima kebenaran tanpa ada buki atau fakta
c. Jujur (obyektif)
Dalam memberikan data atau informasi, untuk melakukan penelitian, seorang sainstis harus bersikap jujur, artinya selalu menerima kenyataan dari hasil penelitiannya dan tidak mengada-ada serta tidak boleh mengubah data hasil penelitiannya.
d. Tekun
Berarti tidak mudah putus asa. Dalam melakukan penelitian terhadap suatu masalah tidak boleh mudah putus asa. Seringkali dalam membuktikan suatu masalah, penelitian harus diulang-ulang untuk mendapatkan data yang akurat. Dengan data yang akurat maka kesimpulan yang didapat juga lebih akurat.
e. Terbuka
Menghargai setiap pendapat atau gagasan yang baru, tidak boleh mengklaim diri kita yang paling benar atau paling hebat. Kalau ada pendapat lain yang lebih benar/tepat, kita harus menerimanya
f. Toleransi
Tidak menganggap pendapat dirinya paling benar
g. Skiptis,
Bersikap hati-hati dalam mencari/membuktikan suatu kebenaran
h. Optimis,
Kegagalan adalah suatu keberhasilan yang tertunda
i. Kreatif,
Proses pertumbuhan hingga peka akan permasalahan untuk kesempurnaan
j. Pemberani,
Kebenaran adalah suatu usaha yang keras dan banyak tantangan

Langkah-langkah metode penelitian adalah sebagai berikut:
1. Memilih dan mendefinisikan masalah : masalah dinyatakan dalam pertanyaan-pertanyaan terbuka, bukan pertanyaan iya atau tidak.
2. Survey terhadap data yang tersedia : melakukan penelitian atau pemeriksaan terhadap hal yang diteliti dengan menggunakan metode tertentu misalnya kuesioner.
3. Memformulasikan hipotesa : hipotesis adalah dugaan sementara dari hasil yang telah diteliti. Hipotesis dirumuskan atau dinyatakan sebelum penelitian kseluruhan atas topik, maka dari itu, kebenaran hipotesis ini perlu diuji lebih lanjut. namun, jika menurut hasil pengujian ternyata hipotesis tidak benar bukan berarti penelitian yang dilakukan salah
4. Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa
5. Mengumpulkan data primer : mengumpulkan data yang telah kita teliti dan kita cari
6.Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi : mengolah dan menganalisa data-data tersebut dan menarik perkiraan kesimpulan
7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
8. Membuat laporan

DAFTAR PUSTAKA

Teori Yang Berhubungan Dengan Penalaran

Teori Yang Berhubungan Dengan Penalaran
Penalaran secara literal Bahasa Inggris adalah reasoning. Berasal dari kata reason, yang secara literal berarti alasan. Berarti reasoning atau to reason adalah memberikan/memikirkan alasan.
Mungkin beberapa dari kita masih belum memahami betul apa arti penalaran. Apakah orang yang salah nalar berarti orang bodoh? Tidak. Orang salah nalar bisa terjadi karena strategem (kecohan yang bertujuan tertentu), salah nalar (reasoning fallacy), atau salah nalar karena aspek kemanusiaan. Jadi, bedakan antara penalaran dan kebodohan.
Penalaran dari aspek teoritis dapat didefinisikan sebagai proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap pernyataan atau asersi.
Tujuan dari penalaran adalah untuk menentukan secara logis dan objektif, apakah suatu pernyataan valid (benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut.
Dari definisi dan tujuan, dapat dilihat bahwa penalaran digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu pernyataan itu dapat diyakini atau dianut. Atau kembali secara literal, kita melihat alasan (reason) dibalik suatu pernyataan.
Disini akan saya kaitkan secara langsung dengan contoh. Pemimpin teroris mengatakan bahwa orang-orang diluar dari orang golongannya adalah kafir dan halal untuk dibunuh. Kalau kita tanya ke pemimpin teroris, kenapa Pak pimpinan teroris? Jawabannya, karena tertulis bahwa yang diluar jalan kita, adalah kafir. Atau mungkin jawaban lainnya, saya ini pimpinan yang dipilih oleh kekuasaan yang lebih tinggi. Kalian bisa percaya kekuasaan tertinggi, maka kalian harusnya bisa percaya kata-kata saya.
Contoh diatas menjelaskan bahwa pemimpin teroris membuat pernyataan. Pernyataan inidigunakan untuk membentuk keyakinan. Pernyataan dari pemipin teroris beserta alasannya perlu kita kaji dengan menggunakan penalaran. Penalaran akan menentukan apakah pernyataan dari pimpinan teroris ini layak untuk kita yakini atau tidak.
Pembahasan penalaran Induktif dan penalaran Deduktif sebagai berikut :
1.  Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Di dalam penalaran induktif terdapat tiga bentuk penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal. Jenis-jenis penalaran induktif antara lain :
a.  Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contohnya :
1.  Chelsea Olivia adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
2.  Nia Ramadhani adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya. Contoh kesalahannya: Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi :
a.1 Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh: Sensus penduduk.
a.2 Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon. Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna. Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar. Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
- Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
- Sampel harus bervariasi.
- Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
b.   Analogi
Analogi merupakan cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Analogi mempunyai 4 fungsi, antara lain :
-          Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
-          Meramalkan kesaman
-          Menyingkapkan kekeliruan
-          Klasifikasi
Contoh analogi :
Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
c.   Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Macam hubungan kausal :
1.      Sebab- akibat : Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
2.      Akibat – Sebab : Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
3.      Akibat – Akibat : Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Contoh Kausal : Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
2.  Penalaran Deduktif
 Penalaran deduktif adalah suatu penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat khusus umum kepada hal yang bersifat khusus. Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:
1.      Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua pernyataan yang berlainan untuk menghasilkan sebuah kesimpulan yang merupakan pernyataan ketiga. Silogisme memiliki tiga bagian yakni: premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Contoh:
Premis mayor: semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan.
Kesimpulan: jadi, Habibie adalah pemikir.

2.      Entinem
Entinem adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme karena dianggap telah dipahami.
Contoh:
Premis mayor: semua guru adalah pengajar bagi murid-muridnya.
Premis minor: pak Tarno adalah guru.
Kesimpulan : jadi, pak Tarno adalah pengajar bagi murid-muridnya.
Jika proses penalaran itu diubah menjadi entinem, maka buyinya menjadi “Pak Tarno adalah seorang guru, yang mengajari murid-muridnya.
Penalaran dan pemecahan masalah merupakan komponen yang penting alam kehidupan manusia. Stenberg adalah seorang psikologi kognitif generasi baru yang membahasan tentang intelegensi manusia dalam hubungannya dengan penalaran dan pemecahan masalah. Stenberg mengemukakan teori tentang intelegensi yang disebut teori triarkis (triarchic theory)yang meliputi yang meliputi tiga sub teori antara lain adalah :
1. Perilaku Intelegent Komponensial
Sub teori ini menjelaskan struktur dan mekanisme yang mendasari perilaku intelegen. Dalam teori ini terdapat 3 komponen pemrosesan informasi yaitu :
a. Belajar bagaimana melakukan hal-hal tertentu.
b. Merencanakan hal-hal yang akan dilakukan serta bagaimana cara melakukannya.
c. Melakukan hal tersebut.
Orang-orang dengan jenis intelejensi ini pada umumnya dapat melewati tes dengan baik dan menjadi yang terbaik dalam tes tersebut. Mereka dapat mengomentari pekerjaan orang lain dengan baik, juga mempunyai kemampuan berfikir analitis yang tinggi.
2. Perilaku Intelegen Eksperiensial
Komponen ini memberikan fakta bahwa untuk tugas maupun situasi yang unik, perilaku yang “intelegent” menurut pengalamn umum. Jenis intelegensi ini paling Nampak ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang baru atau berusaha mengotomatisasi tugas tertentu. Orang-orang yang mempunyai komponen ini kemungkinan tidak memperoleh skor tertinggi dalam test IQ, tetapi mereka kreatif. Pada umumnya, kemampuan mereka dapat menuntun pada kesuksesan dalam berbagai bidang, baik itu bidang bisnis, medis, maupun pertukangan.
3. Perilaku Intelegent Kontekstual
Perilaku intelegent kontekstual meliputi :
a. Adaptasi terhadap lingkungan.
b. Pemilihan terhadap lingkungan yang lebih optimal dibanding apa yang dilakukan individu pada umunya.
c. Menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi peningkatan keahlian, minat, dan nila-nilai.
Perilaku intelegent kontekstual membantu seseorang menemukanhal apa yang paling sesuai dengan lingkungan dengan cara mengubah salah satu maupun keduanya. Jenis intelegensi ini merupakan alat/instrument yang paling penting dalam pergaulan sehari-hari, baik dalam lingkup perkampungan kumuh maupun ruang rapat.
Macam-macam penalaran
a. Penalaran Langsung
Penalaran langsung merupakan penalaran yang premisnya hanya sebuah proposisi dan langsung disusul dengan proposisi lain sebagai kesimpulannya. Penalaran langsung ditarik hanya dari satu premis saja. Penarikkan konklusi secara langsung dapat memberikan keterangan yang lengkap tentang proposisi yang diberikan, yaitu dengan menyatakan secara eksplisit apa-apa yang telah dinyatakan secara implisit didalam premis.
Contoh : semua bintang film memakai sabun Lux (S=P)
Jadi, sebagian pemakai sabun Lux adalah bintang film
Istilah penalaran langsung berasal dari Aristoteles untuk menunjukkan penalaran, yang premisnya hanya terdiri dari sebuah proposisi saja. Konklusinya ditarik langsung dari proposisi yang satu itu dengan membandingkan subjek dan predikatnya.
b. Penalaran tidak langsung
Penalaran tidak langsung, penarikkan konklusinya atas lebih dari satu proposisi. Konklusinya ditarik dari dua premis.
Contoh : Semua mahasiswa adalah anak pintar.
Dina adalah mahasiswa.
Dina adalah anak pintar.

DAFTAR PUSTAKA

Konsep Penalaran Ilmiah Dan Kaitannya Dengan Penulisan Ilmiah

Konsep Penalaran Ilmiah Dan Kaitannya Dengan Penulisan Ilmiah
Konsep terbaru filsafat abad 20 didasarkan atas dasar fungsi berfikir, merasa, cipta talent dan kreativitas. Ilmu merupakan pengetahuan yang  didapatkan lewat metode ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik perlu sarana berfikir, yang memungkinkan dilakukannya telaah ilmiah secara teratur dan cermat.  Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan telaah ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari.
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yang dikehendaki. Menurut J.S Suriasumantri, manusia-homo sapiens, makhluk yang berpikir. Setiap saat dari hidupnya, sejak dia lahir sampai masuk liang lahat, dia tak pernah berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut dengan perikehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari soal paling remeh sampai soal paling asasi.
Manusia diberi akal untuk berpikir, bahkan untuk memikirkan dirinya sendiri. Namun demikian, berpikir yang benar adalah berpikir melalui metode ilmiah, sehingga hasil akan benar pula. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan pola berfikir induktif, untuk itu penalaran ilmiah menyadarkan kita kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Penalaran ilmiah  mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut.
Berdasarkan pemikiran ini, maka tidak sukar untuk dimengerti mengapa mutu kegiatan keilmuan tidak mencapai taraf yang memuaskan, sekiranya sarana berfikir ilmiahnya memang kurang dikuasai. Melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, diperlukan sarana yang berupabahasa,  matematika dan statistik. Hal ini dapat dipahami dengan beberapa pernyataan mengapa bahasa, matematika dan statistika diperlukan dalam kegiatan ilmiah, seperti bagaimana mungkin seorang bisa melakukan penalaran yang cermat, tanpa menguasai struktur bahasa yang tepat? Bagaimana seseorang bisa melakukan generalisasi tanpa menguasai statistik? Berdasarkan uraian diatas nampak bahwa berpikir ilmiah, merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidupnnya di muka bumi.
BAHASA TULIS ILMIAH
Bahasa tulis ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam bahasa ilmiah. Ragam bahasa tulis memiliki ciri (1) kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat, (2) pembentukan kata diiakukan secara sempurna, (3) kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan (4) paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu (kohesif dan koheren). Selain itu, hubungan antargagasan terlihat jelas, rapi, dan sistematis. Ragam bahasa ilmiah memiliki ciri cendekia, lugas, jelas, formal, objektif,  konsisten, dan bertolak dari gagasan (Basuki, dkk. 1995). Paparan berikut akan mengupas ciri—ciri tersebut dengan pijakan ciri bahasa ilmiah.
Cendekia
Bahasa tulis ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang mewadahinya. Dua contoh di bawah ini dapat memperjelas uraian di atas. 
(1) Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengayuh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan  nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia. ·
(2) Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia.
 
Contoh kalimat (2) di atas secara jelas mampu menunjukkan hubungan kausalitas, tetapi hal itu tidak terungkap secara jelas pada contoh (1). Kecendekiaan bahasa juga tampak pada katepatan dan keseksamaan penggunaan kata. Karena  itu, bentukan kata yang dipilih harus disesuaikan dengan  muatan isi pesan yang akan disampaikan. Perhatikan contoh di bawah ini.
 
(3)                    (4)
pemaparan       paparan
pembuatan        buatan
pembahasan     bahasan
pemerian          perian
 
Kata-kata pada contoh (3) menggambarkan suatu proses, sedangkan contoh (4) menggambarkan suatu hasil. Dalam pemakaian bahasa ilmiah, panggunaan kedua jenis bentukan kata tersebut perlu dilakukan secara carmat. Kalau paparan itu mangacu pada proses, kata-kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (3), tetapi kalau paparan itu mengacu pada hasil, kata·kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (4).
Di samping itu, kecendekiaan juga berhubungan dengan  kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat /idiomatis. Pilihan kata maka dan bahwa pada contoh (5) termasuk mubazir. Oleh sebab itu, kata tersebut perlu dihilangkan sebagaimana contoh (6).
 
(5) Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi bahwakorteks adalah pusat otak yang paling rumit.
(6) Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi korteks adalah pusat otak yang paling rumit.
 
Kerancuan pilihan kata dalam artikel  ilmiah perlu  dihindari. Kerancuan  pilihan kata pada umumnya terjadi karena  dua struktur kalimat yang digabung menjadi  satu. Untuk membetulkannya perlu  dikembalikan pada struktur asal. Pilihan kata meskipun  dan namun serta  mulai dan sejak pada contoh (7) rancu. Untuk itu, perlu dikembalikan pada struktur asal sebagaimana contoh (8).
 
(7) Meskipun sudah diuraikan, namun paparannya belum jelas .
     Mulai sejak penentuan masalah penelitian  itu tidak jelas arahnya. 
(8) Meskipun sudah diuraikan, papararnya belum  jelas .
     Paparannya sudah diuraikan, namun belum  jelas.
Mulai penentuan  masalah, penelitian  itu tidak jelas  arahnya. 
Sejak penentuan  masalah, penelitian itu tidak jelas  arahnya.
 
Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis yang tidak cermat tampak pada contoh (9) terdiri dan dengan. Pilihan kata yang cermat tampak pada contoh (10).
 
(9)  Peneliti  terdiri orang-orang yang mewakili lembaga.
      Hubungan rumusan masalah dengan simpulan tidak cocok.  
(10)  Peneliti  terdiri atas orang·orang yang mewakili lembaga.
        Hubungan rumusan masalah dan simpulan tidak cocok. 
ASAS PENALARAN DALAM KARANGAN
Aspek Penalaran Dalam Karangan
1. Menulis sebagai hasil proses bernalar.
Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa merupakan hasil proses berpikir kita tentang sesuatu . Hal ini dapat kita mengerti tatkala kita akan mengemukakan pendapat kepada orang lain, misalnya saat berbicara, pikiran kita berkonsentrasi, berproses, kemudian menggunakan media bahasa lisan untuk mengemukakan gagasan. Hal ini pun juga terjadi tatkala kita menulis suatu topik. Untuk menulis suatu topik kita harus berpikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan, mempertentangkan, mencari faktor penyebab dan akibatnya, dan lain-lain.
Dalam keseharian hidup kita pun saat dalam kondisi sadar dan terjaga, kita senantiasa berpikir. Berpikir memang merupakan kegiatan mental kehidupan manusia. Saat itu pulalah timbul serangkaian fakta hasil pengalaman, pengamatan, percobaan, penelitian, dan referensi dalam urutan yang saling berhubungan serta bertujuan menarik kesimpulan yang terwujud dalam pendapat. Jenis berpikir seperti ini sudah merupakan kegiatan bernalar. Dan proses bernalar merupakan kinerja berpikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pendapat atau gagasan. Kegiatan ini bisa bersifat ilmiah atau tidak ilmiah.
Dari prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Penalaran ilmiah mencakup kedua poroses penalaran tersebut.
2. Penalaran induktif.
Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi.
Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.
3. Penalaram deduktif.
Penalaran deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan pernyataan / kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.
4. Penalaran dalam karangan.
Dalam praktek, proses penalaran tidak dapat terpisahkan dengan proses pemikiran. Tulisan merupakan perwujudan hasil kinerja proses berpikir. Tulisan yang baik, sistematis, dan logis mencerminkan proses berpikir yang baik juga. Begitu juga sebaliknya, tulisan yang kacau mencerminkan proses dan kinerja berpikir yang kacau pula. Karena itu pelatihan keterampilan menulis pada hakekatnya merupakan hal pembiasaan berpikir / bernalar secara tertib dalam bahasa yang tertib pula.
Suatu karya tulis merupakan hasil proses berpikir yang mungkin merupakan hasil deduksi, induksi, atau gabungan di antara keduanya. Suatu tulisan yang bersifat deduktif dibuka dengan suatu pernyataan umum berupa kaidah, teori, peraturan, atau pernyataan lainnya. Selanjutnya pernyataan tersebut dikembangkan dengan pernyataan-pernyataan atau rincian-rincian khusus. Sebaliknya, suatu karya tulis yang induktif dibuka dengan rincian-rincian khusus dan diakhiri dengan suatu kesimpulan umum atau generalisasi. Gabungan antara keduanya dimulai dengan pernyataan umum, diikuti dengan rincian-rincian dan diakhiri dengan pengulangan pernyataan umum yang dikemukakan sebelumnya.
Secara praktis, proses penalaran deduktif dan induktif dikembangkan dalam bentuk paragraf. Yang perlu diperhatikan adalah arah atau alur penalaran dan cara pewujudannya dalam karya tulis. Hal tersebut sangat berhubungan dengan urutan pengembangkan dan isi karangan.
Pola pengembangan gagasan dapat dilakukan dengan : 1) urutan kronologis; 2) urutan spasial; 3) urutan alur penalaran.; dan 4) urutan kepentingan.
Urutan kronologis ditandai dengan penggunaan kata-kata seperti dewasa ini, sekarang, bila, sebelum, sementara itu, sejak saat itu, selanjutnya, dalam pada itu, mula-mula. Bentuk tulisan ini biasanya dipergunakan untuk memaparkan sejarah, proses, asal-usul, dan biografi / riwayat hidup.
Urutan spasial digunakan untuk menyatakan tempat atau hubungan dengan ruang, Biasanya dipakai dengan urutan waktu. Pola ini biasanya menggunakan kata-kata di sini, di situ, di, pada, di bawah, di atas, di tengah, berhadapan, bertolak belakang, berseberangan, dan lain-lain.
Urutan penalaran menghasilkan paragraf deduktif dan induktif. Sedangkan urutan kepentingan dikembangkan berdasarkan skala prioritas gagasan yang dikemukakan., dari yang paling penting, menuju yang penting, ke yang kurang penting.
1.       Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. (Hillway,1956).
2.       Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. uripsantoso.wordpress.com
3.       (Menurut Salam (1997:139)Pengertian berpikir ilmiah)

A.       Proses atau aktivitas manusia untuk  menemukan/ mendapatkan ilmu. 
B.      Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
C.       Sarana berpikir ilmiah.
D.       Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
E.       Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
F.        Merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya dengan baik.
G.     Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
4.       Berpikir merupakan kegiatan [akal] untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan [akal] yang menggabungkan induksi dan deduksi.(Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,)
5.       Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian. ( Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118)
6.       Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/ pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah,yang sudah ada (Eman Sulaeman)
7.       Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.(wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas)
8.       Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logisterhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran
9.       Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat (Jujun S. Suria Sumantri, 1984)
10.   Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang di dasarkan pada logika deduktif dan induktif (Mumuh mulyana Mubarak, SE)
Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Faktor – faktor penalaran deduktif :
1. Pembentukan Teori
2. Hipotesis
3. Definisi Operasional
4. Instrumen
5. Operasionalisasi
B. Variabel pada penalaran deduktif
1. Silogisme Kategorial
Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor. 
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
4. Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
C. Contoh Kalimat Deduktif
1. Burung adalah hewan berkaki dua (premis minor)
2. Semua burung bisa terbang (kesimpulan)
3. Burung adalah hewan (premis mayor)

Contoh lain  penalaran deduktif :
Mendengarkan musik dapat menenangkan jiwa. Dalam penelitian ilmiah telah dibuktikan bahwa mendengarkan musik itu dapat menenagkan pikiran manusia dari berbagai macam masalah yang sedang dihadapinya. Dengan mendengarkan musik manusia dapat mengurangi masalah yang dipikirkan. Beban berat masalah yang dialami menjadi berkurang sehingga seseorang dapat memecahkan masalah dengan akal sehatnya. Berdasarkan penelitian tentang mendengarkan musik dapat disimpulkan bahwa orang yang suka mendengarkan musik pada umumnya lebih tidak ada beban dan selalu senang.
Penarikan simpulan penalaran deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, seperti :
-          Secara langsung
Penarikan simpulan secara langsung dapat dilakukan dengan satu premis.
Contoh :
Tidak seekorpun burung adalah bebek.
-          Secara tidak langsung
Penarikan simpulan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan dua premis. Premis pertama bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus.
Beberapa jenis penalaran deduktif :
-          Silogisme kategorial
Suatu silogisme yang terdiri dari tiga proposisi, dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis khusus disebut premis minor. Simpulan terdapat subjek dan predikat.
Contoh :
Semua atlet berolahraga
Semua pelari adalah atlet
Jadi, semua pelari berolahraga
-          Silogisme hipotesis
Suatu silogisme yang terdiri dari premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.
Contoh :
Jika motor di gas, motor akan berjalan
Motor di gas
Jadi, motor berjalan
-          Silogisme alternatif
Suatu silogisme yang terdiri dari premis mayor yang berupa proposisi alternatif. Jika premis minornya membenarkan salah satu alternatif, maka simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
Dia adalah seorang pembalap atau pencuri
Dia seorang pembalap
Jadi, dia bukan seorang pencuri
-          Entimen
Suatu silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum, yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
Semua penyanyi adalah orang terkenal
Ariel adalah seorang penyanyi
Jadi, Ariel adalah orang terkenal

DAFTAR PUSTAKA




Kamis, 20 Maret 2014

Pemakaian Metode Ilmiah Untuk Menjawab Pertanyaan Ilmiah

Pemakaian Metode Ilmiah Untuk Menjawab Pertanyaan Ilmiah

I.                    Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol.

Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah
Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan  data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.

Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis
Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.

Metode ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.

Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.

II.                  Langkah-langkah Metode Ilmiah
Mari kita lihat langkah-langkah metode ilmiah secara garis besar.
Observasi
Ini adalah langkah pertama dari metode ilmiah: observasi (pengamatan). Seorang ilmuwan yang baik akan selalu melakukan pengamatan terhadap gejala dan kejadian sehari-hari yang terjadi di sekitarnya.  Tentu saja gejala dan kejadian yang menarik perhatian peneliti itu adalah yang berhubungan dengan bidang kajiannya. Pengertian observasi di sini adalah luas. Bisa saja pengamatan itu adalah terhadap bacaan sumber pustaka yang sedang ada di hadapannya. Peneliti mengamati dan mempelajari laporan-laporan penelitian yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. 
Salah satu contoh observasi yang sering dikemukakan pada saat mempelajari metode ilmiah adalah:
Kerumunan lalat selalu berada di dekat sekerat daging yang busuk
Itu adalah fakta. Fakta seperti itu mungkin adalah hal yang biasa bagi orang biasa yang bukan peneliti. Tetapi fakta seperti itu bagi peneliti adalah sesuatu yang menarik dan menimbulkan keingintahuan. Peneliti ingin selalu mencari jawaban dari apa yang diamatinya.
Masalah atau Pertanyaan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukannya, lalu peneliti mengajukan pertanyaan atau masalah yang berkaitan. Misal pertanyaan yang diajukan adalah:
Berasal dari mana kerumunan lalat yang selalu ada di dekat daging yang busuk? Apakah daging yang busuk itu yang menghasilkan lalat?
Hipotesis
Seperti yang sering kita dengar bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diajukan. Tetapi jawaban sementara tentu tidak muncul begitu saja tanpa landasan yang jelas. Dalam mengajukan jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan, peneliti menggunakan pengalaman pribadinya, pengetahuannya, dan hasil bacaannya. Di samping itu, jawaban sementara itu hendaknya bisa diuji kebenarannya. Jawaban sementara yang diajukan untuk pertanyaan di atas, misalnya adalah:
Bukan daging busuk yang menghasilkan lalat. Hanya lalat yang bisa menghasilkan lalat yang lain
Prediksi



Percobaan
Ilmuwan kemudian melakukan percobaan untuk menguji jawaban sementara yang diajukan. Apakah jawaban sementara itu bisa diterima atau tidak?

III.                KRITERIA METODE ILMIAH
 Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah,
maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau
pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.

2. Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari
pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif. Apabila hasil dari suatu penelitian, misalnya, menunjukan bahwa ada ketidak sesuaian dengan hipotesis, maka kesimpulan yang diambil haruslah merujuk kepada hasil tersebut, meskipun katakanlah, hal tersebut tidak disukai oleh
pihak pemberi dana.
3. Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks,
harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
4. Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan
menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.

5. Menggunakan Ukuran Obyektif
Seorang peneliti harus selalu bersikap objektif dalam mencari kebenaran. Semua data dan fakta yang tersaji harus disajikan dan dianalisis secara objektif. Pertimbangan dan penarikan kesimpulan harus menggunakan pikiran yang jernih dan tidak berdasarkan perasaan.

6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan,
kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh
mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.

IV.                Bagaimana penerapan metode ilmiah?
Pada pelatihan tahap awal, masalah  utama yang guru hadapi adalah mengubah kebiasaan guru bertanya dan menjelaskan. aktivitas guru ini perlu diubah dengan mengasah kebiasaan baru yaitu siswa mengamati, bertanya, dan mencari tahu jawabannya. Guru menjadi fasilitator agar siswa melaksanakan aktivitasnya. Dalam pelatihan diperoleh fakta bahwa keterlatihan dalam membuat pernyatanaan agar siswa yang bertanya setelah mengamati sangat penting. Contohnya guru menyatakan;
Setelah para siswa mengamati gambar cobalah gunakan kata mengapa agar kalian mendapatkan  informasi yang lebih banyak tentang gambar itu!
Setelah mengamati teks, silakan membuat pertanyaan dengan menggunakan kata bagaimana tentang isi teks yang telah kalian baca.
Setelah kalian mengamati tabel, silakan  menyiapkan  pertanyaan tentang data yang menarik perhatianmu!
Selain menggunakan pernyataan, guru dapat pula menggunakan pertanyaan untuk membangun rasa ingin tahu siswa seperti:
Siapa yang akan mengajukan pertanyaan tentang isi teks yang telah kalian baca?
Pertanyaan apa yang sebaiknya kita kembangkan untuk menggali infomasi yang lebih dalam tentang fakta yang telah kalian amati?
Siapa yang dapat menyusun  pertanyaan dengan memakai kata mengapa danbagaimana tentang materi yang telah kita amati?
Contoh di atas merupakan bagian dari teknik yang perlu guru kuasai dalam meningkatkan keterampilan siswa bertanya. Hal perlu diulang-ulang agar kebiasaan yang selama ini melekat guru bertanya-siswa menjawab dapat berubah. Kelihatannya trik ini sangat sederhana, namun dalam praktikya  hal itu tidak selalu mudah dilakukan oleh para pendidik.
Hal penting lain dalam menerapan pendekatan ilmiah adalah menentukan kompetensi siswa yang hendak siswa kuasai. Sebagaiamana diuraikan sebelumnya bahwa guru dapat memfasilitasi siswa pada tiga tipe pilihan yaitu model deskriptif, relasional, atau eksperimen. Ketiga tipe tersebut memerlukan teknik eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang berbeda sehingga akan menghasilkan produk belajar yang berbeda yaitu teori deskriptif, relasional, dan hasil eksperimen.
Hal berikutnya yang perlu guru perhatian adalah hasil belajar yang hendak siswa wujudkan. Hal ini terkait dengan perumusan pertanyaan awal seperti:
Bagaimana penggunaan metode ilmiah dapat meningkatkan hasil belajar siswa? Untuk menjawab pertanyaan itu, maka ikutilah langkah berikut.
Materi; tentukan materi yang akan siswa eksplorasi dalam kegiatan belajar dengan memilih satau satu dari tipe deskriptif, relasional, atau eksperimen.
Prosedur; susunlah langkah rinci yang akan siswa lakukan dalam melaksanakan penelitian.
Hasil; tentukan apa yang akan siswa pelajari pada pelaksanaan observasi. Data apa yang akan siswa himpun, diolahnya dan yang siswa tafsirkan.
Simpulkan hasilnya,  informasi yang anda peroleh dari hasil observasi gunakan untuk menjawab pertanyaan yang menjadi masalah sebelum anda melakukan percobaan atau penelitian. Apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis atau menjawab pertanyaan?
Penilaian hasil belajar dapat dilihat dalam tiga dimensi. Keterampilan berpikir terepleksi pada aktivitas ; Mengamati,  Menanya, Mencoba, Mengolah, Menyaji , Menalar dan Mencipta. Level kecakapan berpikir terpetakan dalam model Taksonomi : mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi. Sedangkan dalam penguasaan teori meliputi faktual, konseptual, dan proseduran.  Pada pelakanaannya tidak semua aktivitas dinilai pada tiap pelaksanaan pembelajaran.

V.                 Kecerdasan menggunakan logika
Seseorang dengan kecerdasan logika akan memiliki salah satu/lebih kemampuan di bawah ini:
memahami angka serta konsep-konsep matematika (menambah, mengurangi, mengali, dan membagi) dengan baik.
mengorganisasikan/ mengelompokkan kata-kata/ materi (barang)
mahir dalam menemukan pola-pola dalam kata-kata dan bahasa.
menciptakan, menguasai not-not musik, dan tertarik mendengarkan pola-pola dalam jenis musik yang berbeda-beda.
menyusun pola dan melihat bagaimana sebab-akibat bekerja dalam ilmu pengetahuan. Hal ini termasuk kemampuan untuk memperhatikan detail, melihat pola-pola dalam segalanya, mulai dari angka-angka hingga perilaku manusia, dan mampu menemukan hubungannya
Contoh 1: seseorang yang menghabiskan waktu di dapur menggunakan logikanya untuk menerka berapa lama waktu untuk memanggang sesuatu, menakar bumbu, atau merenungkan bagaimana caranya menghidangkan semua makanan agar siap dalam waktu yang bersamaan
Contoh 2: seorang detektif kriminal menggunakan logikanya untuk mereka ulang kejadian pada kasus kejahatan dan mengejar tersangka pelaku.
menciptakan visual (gambar) untuk melukiskan bagaimana ilmu pengetahuan bekerja, termasuk menemukan pola-pola visual dan keindahan ilmu pengetahuan (contohnya: menguraikanspektrum cahaya dalam gambar, menggambarkan bentuk-bentuk butiran salju, dan mahluk bersel satu dari bawah mikroskop), mengorgansisasikan informasi dalam tabel dan grafik, membuat grafik untuk hasil-hasil eksperimen, bereksperimen dengan program animasi komputer.
menentukan strategi dalam permainan-permainan yang memerlukan penciptaan strategi (contohnya catur, domino) dan memahami langkah-langkah lawan.
memahami cara kerja dan bahasa komputer termasuk menciptakan kode-kode, merancang program komputer, dan mengujinya.

DAFTAR PUSTAKA