A.
Pengertian karya ilmiah
1. Pengertian
Menurut I.G.A.K. Wardani dkk. (2007) karya ilmiah adalah satu
karangan yang disusun secara sistematis dan bersifat ilmiah. Sistematis berarti
bahwa karangan atau karya tulis tersebut disusun menurut aturan tertentu
sehingga kaitan antara bagian – bagian tersebut sangat jelas dan padu.Bersifat
ilmiah, berarti bahwa karya tulis tersebut menyajikan satu deskripsi , gagasan,
argumentasi atau pemecahan masalah yang didasarkan pada berbagai bukti empiric
atau kajian teoritis sehingga para pembacanya dapat merunut atau mencari
kebenaran bukti empiric atau teori yang mendukung gagasan tersebut.
Pengertian di atas sejalan dengan pengertian yang diberikan oleh Brotowijoyo,
yang dikutip oleh Zaenal Arifin ( 1993) sebagai berikut “ karangan ilmiah
adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut
metodologi penulisan yang baik dan benar “. Ditambahkan pula bahwa karangan
ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran tanpa
mengingat akibatnya. Kebenaran dalam sebuah karya ilmiah bukan merupakan
kebenaran normative, melainkan kebenaran objektif dan positif sesuai dengan
fakta dan data lapangan.
Karya
ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah seorang ilmuwan (yang berupa hasil
pengembangan ) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
yang diperoleh melalui keputusan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan
pengetahuan orang lain sebelumnya. Menurut Pateda (1993), karya ilmiah adalah
hasil pemikiran pada suatu disiplin ilmu tertentu yang disusun secara
sistematis, ilmiah, logis, benar, bertanggung jawab, dan menggunakan bahasa
yang baik dan benar. Jadi, karya ilmiah bukan sekadar untuk
mempertanggungjawabakan penulisan karya ilmiah tersebut secara teknis dan
materi. Hal ini terjadi karena hasil suatu karya ilmiah dibaca dan dipelajari
oleh orang lain dalam kurun waktu yang tidak terbatas sebagai sarana
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Penyusunan karya ilmiah
harus memenuhi kaidah, antara lain a) penyebuatn sumber tulisan yang jelas.
Jika penyusunan karya ilmiah mengutip pendapat orang lain, maka sumber kutipan
itu harus disebutkan dengan jelas dan lengkap; b) memenuhi kaidah penulisan
yang berkaitan dengan teknik kutip – mengutip, penulisan kata, frasa, dan
kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar.
Ciri – ciri ahasa keilmuan sebagai media karya ilmiah menurut Jujun S.
Suriasumantri (1999), antara lain :
a. Reproduktif,
artinya ahwa maksud yang ditulis oleh penulisnya diterima dengan makna yang
sama oleh pembaca. Oleh karena itu, tulisan ilmiah harus mempergunakan bahasa
yang bermakna denotative agar terdapat satu pemahaman makna antara penulis dan
pembaca.
b. Tidak
ambigu, artinya tidak bermakna ganda akibat penulisnanya kurang menguasai
materi atau kurang mampu menyusun kaloimat dengan subjek dan predikat yang
jelas
c. Tidak
emotif, artinya tidak melibatkan aspek perasaan penulis. Hal – hal yang
diungkapkan harus rasional, tanpa diberi tambahan pendapat subjektif dan
emosional penulisannya. Oleh karena itu , tulisan ilmiah harus bersifat jelas,
objektif, dan tidak berlebihan.
d. Penggunaan
bahasa baku dalam ejaan, kata, kalimat, dan paragraph. Penulis harus
memepergunakan bahasa dengan mengikuti kaidah tata bahasa agar hasil tulisan
tidak mengandung salah tafsir bagi pembaca. Karya ilmiah merupakan karya yang
ditulis untuk dibaca semua orang dengan rentang waktu yang tidak terbatas.
e. Penggunaan
istilah keilmuan. Penulis karya ilmiah harus mempergunakan istilah – istilah
keilmuan bidang tertentu sebagai bukti penguasaan penulis terhadap ilmu
tertentu yang tidak dikuasai oleh penulis pada bidang ilmu yang lain. Istilah
keilmuan dipergunakan pula untuk mengkomunikasikan ilmu terhdap ilmu tertentu
yang tidak dikuasai oleh penulis pada bidang ilmu yang lain. Istilah keilmuan
dipergunakan pula untuk mengkomunikasikan ilmu kepdad pembaca sehingga dapat
dipelajari atau diteliti lebih lanjut.
f. Bersifat
denotative, artinya penulis dalam karya ilmiah harus menggunakan istilah
atau kata yang hanya memiliki satu makna. Hal ini dilakukan untuk menjaga
konsistensi tulisan, sehingga tidak membingungkan pembaca.
g. Rasional,
artinya penulis harus menonjolkan keruntututan pikiran yang logis, alur
pemikiran yang lancer, dan kecermatan penulisan.
h. Ada
kohesi antar kalimat pada setipa paragraph dan koherensi antar paragraph dalam
setiap bab.
i. Bersifat
straight forward atau langsung ke sasaran. Tulisan ilmiah hendaknya tidak
berbelit – belit, tetapi langsung ke penjelasan atau paparan yang hendak
disampaikan kepada pembaca.
j. Penggunaan
kalimat efektif, artinya kalimat itu dapat bersisi, tidak berkepanjangan
(bertele-tele), sehingga makana yang hendak disampaikan kepada pembaca tepat
mencapai sasaran.
2. Ciri – Ciri Karya Ilmiah
Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji
dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan
substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah
sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti
(pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke
bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin
disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup
merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut
gagasan tersebut.
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai
dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti,
penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan
adanya abstrak. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang
disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak
menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau
kedua. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang
tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan
struktur yang baku.
Kaya tulis ilmiah berbeda dengan karya
tulis jurnalistik. Karya tulis ilmiah juga berbeda dengan karya tulis prosa
fiksi. Perbedaan itu terlihat pada hal-hal berkut.
·
Apabila karya tulis jurnalistik mendeskripsikan objek atau menceritakan
peristiwa sebagai tujuan utama penulisan, karya tulis ilmiah mendeskripsikan
objek atau menceritakan peristiwa sebagai bukti yang mendasari penyimpulan
sebuah teori. Oleh karena itu, tugas jurnalis adalah “memfoto” fenomena apa
adanya, tanpa diikuti komentar atau analisis teori. Sebaliknya, tugas
ilmuwan atau akademisi adalah menganalisis fenomena berdasarkan teori tertentu.
·
Apabila karya tulis prosa fiksi menonjolkan ekspresi emosi atau
perasaan, karya tulis ilmiah menonjolkan ekspresi akal pikiran. Oleh karena
itu, pengarang prosa fiksi bebas mengekspresikan imajinasinya yang subjektif.
Sebaliknya, penulis karya ilmiah bebas mengekspresikan analisis logis yang
objektif.
Apa pun jenis karya ilmiah yang ditulis oleh ilmuwan atau akademisi –
sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya – harus mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut.
·
Objektif. Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang
diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga,
setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang
bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek kebenaran
dan keabsahanya.
·
Netral. Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian
bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun
kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat ‘mengajak’,
‘membujuk’, atau ‘mempengaruhi’ pembaca dihindarkan.
·
Sistematis. Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila
mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi,
kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya
dengan mudah alur uraiannya.
·
Logis. Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola
nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau
data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu
teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
·
Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau
simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena
itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang
berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti
orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar)
hendaknya dihindarkan.
3. Jenis
Karya Tulis Ilmiah
Seperti yang sudah saya sampaikan pada
postingan terdahulu tentang macam-macam karya tulis ilmiah,
Karya tulis ilmiah dapat disajikan dalam bentuk laporan penelitian, artikel
ilmiah di jurnal, artikel ilmiah popular di media massa, makalah seminar, buku,
diktat, modul, maupun karya terjemahan. Dengan demikian terdapat banyak pilihan
bagi guru dalam mengembangkan profesinya melalui karya tulis ilmiah. Tidak ada
salahnya pada tulisan ini saya jabarkan lagi secara singkat jenis-jenis karya
tulis ilmiah.
1.
Makalah
atau paper merupakan
rumusan atau simpulan pemikiran sebagai hasil telaah atau pengkajian sederhana
dari sebuah referensi bacaan, pemikiran tokoh, ilmuwan atau penulis sebelumnya.
Karya ilmiah jenis ini biasa diberikan oleh dosen atau guru kepada mahasiswa
atau siswanya. Tujuannya biasa untuk memberikan ruang bagi peserta didik dalam
menuangkan gagasan ilmiahnya untuk mengasah kemampuan intelektualnya dalam
menanggapi permasalahan yang berkembang. Makalah biasanya disajikan dalam forum
seminar, lokakarya, workshop dan sejenisnya.
2.
Laporan
praktikum biasanya
merupakan laporan tertulis dari serangkaian kegiatan praktikum yang telah
dilakukan oleh seorang atau sekelompok siswa. Dalam menuliskan laporan unsur
kronologis menjadi sangat penting karena praktik kerja baik di lapangan maupun
di laboratorium terdiri dari tahapan-tahapan yang sistematis yang harus
dilaporkan secara sistematis juga. Dengan demikian penulisan laporan praktikum
dituntut untuk menyampaikan sebuah kegiatan secara sistematis, runtut dan
terperinci.
3.
Artikel merupakan gagasan tertulis dari
penulis tentang suatu permasalahan yang didasarkan pada kajian pustaka atau
hasil penelitian. Artikel merupakan diseminasi pemikiran dari ahli atau
seseorang yang secara intens mengamati permasalahan tertentu (pengamat). Artikel
hampir mirip dengan makalah, yang membedakan adalah ruang publikasinya. Apabila
makalah disampaikan dalam forum seminaratau workshop, artikel
dipublikasikan di media massa baik jurnal ilmiah atau media massa (koran atau
majalah, yang biasa disebut artikel ilmiah populer). Artikel dapat ditulis
dalam berbagai bentuk yaitu opini, essay atau feature. Opini merupakan gagasan
pribadi penulis, sedangkan essay merupakan karangan prosa yang membahas suatu
masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang penulisnya (Kamus Besar Bagasa
Indonesia, 2005: 308). Sedangkan feature merupakan bentuk penulisan artikel
yang berupa berita.
4.
Tugas
akhir baik skripsi
(tingkat S1), thesis (S2) atau disertasi (S3) merupakan karya ilmiah
yang ditujukan untuk mengakhiri studi di perguruan tinggi. Tugas akhir biasanya
berupa hasil penelitian dari bidang tertentu (sesuai jurusan atau program studi
yang diambil) yang kemudian diujikan secara lisan untuk memperoleh derajat
kelulusan dan kelayakan karya tersebut.
B.
Pengertian Karangan populer
1. Pengertian
Karangan
ilmiah adalah karangan yang disusun secara sistematis dan bersifat
menyampaikan ilmu pengetahuan. Karangan ilmiah di atas disebut karangan ilmiah
baku karena menggunakan bahasa baku. Bahasa baku adalah bahasa yang
distandarisasikan sebagai acuan aturan tata tulis ilmiah. Adapun karangan
ilmiah popular adalah karangan yang disusun secara sistematis bersifat
menyampaikan ilmu pengetahuan dengan menggunakan bahasa popular. Kedua jenis
karangan ini intinya dibedakan oleh bahasa yang digunakan dan cara
penyajiannya.
Masalahnya sekarang apa dan bagaimana bahasa popular itu? Bahasa
popular adalah bahasa yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat, sedangkan bahasa baku, yang biasa disebut bahasa resmi, biasa
digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau pada acara-acara formal dan
kenegaraan. Dari segi pemerolehannya, bahasa popular diperoleh dari masyarakat,
sedangkan bahasa baku diperoleh dari dunia akademik.
Bahasa popular bersifat sederhana dan santai sehingga
mudah dipahami. Memahami pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa
popular tidak perlu konsentrasi tinggi, sedangkan bahasa baku dengan istilah
teknisnya sebagai cirri karya ilmiah harus menggunakan konsentrasi tinggi yang
terkadang membuat orang malas membacanya.
Karangan ilmiah popular memiliki cirri, yakni bahasa dan
penyajiannya sederhana. Pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca
dikemas dalam bahasa sesederhana mungkin agar mudah dipahami. Ciri bahasa yang
sederhana dapat dilihat dari pilihan kata, pembentukan kalimat, tidak
menggunakan istilah teknis, dan tidak menggunakan bahasa asing. Istilah
teknis adalah istilah-istilah baku dalam disiplin ilmu tertentu. Semua
disiplin ilmu mempunyai istilah teknis masing-masing yang tidak bisa digunakan
pada disiplin ilmu lain meskipun maknanya sama.
Inti karangan ilmiah harus menyampaikan ilmu pengetahuan.
Sebagai contoh, kita mempunyai ilmu pengetahuan cara budi daya ikan lele dumbo.
Pengetahuan itu kemudian kita beritahukan kepada orang lain. Selanjutnya
ditulis secara sistematis dengan bahasa sehari-hari, maka jadilah karangan
ilmiah populer. Di sini penulis menyampaikan ilmu pengetahuan cara budi daya
lele dumbo kepada pembacanya.
Contoh lain, kita mempunyai keahlian membuat kue dan
ingin mengajarkannya kepada orang lain. Kita tulis bahan-bahannya, cara membuat
adonan, cara mencetak, cara memanggang, dan cara menyajikannya secara berurutan
kemudian dimuat di suatu majalah, jadilah sebuah karya ilmiah populer. Karya
ilmiah populer paling sederhana bisa dilihat di majalah-majalah dinding baik di
sekolah maupun di rumah sakit. Di rumah sakit biasa ada tulisan-tulisan cara
merawat bayi, cara mengatasi demam berdarah, cara mengatasi muntaber, dan
lain-lain. Artikel-artikel tersebut termasuk karya ilmiah populer meskipun
ditulis dengan bahasa sederhana dan ringkas, tetapi pada dasarnya ditujukan
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.
C.
Perbedaan
Karangan Ilmiah dengan Karangan Populer
“Kecermatan dalam berbahasa mencerminkan
ketelitian dalam berpikir” adalah slogan yang harus dipahami dan diterapkan
oleh seorang penulis. Melalui kecermatan bahasa gagasan atau ide-ide kita akan
tersampaikan. Oleh karena itu, penguasaan bahasa amat diperlukan ketika Anda
menulis.
Bahasa dalam karangan ilmiah menggunakan ragam bahasa Indonesia resmi.
Ciri-ciri ragam resmi yaitu menerapkan kesantunan ejaan (EYD/Ejaan Yang
Disempurnakan), kesantunan diksi, kesantunan kalimat, kesantunan paragraph,
menggunakan kata ganti pertama “penulis”, bukan saya, aku, kami atau kita, memakai
kata baku atau istilah ilmiah, bukan popular, menggunakan makna denotasi, bukan
konotasi, menghindarkan pemakaian unsur bahasa kedaerahan, dan mengikuti
konvensi penulisan karangan ilmiah.
Terdapat tiga bagian dalam konvensi penulisan karangan ilmiah, yaitu bagian
awal karangan (preliminaries), bagian isi (main body), dan bagian akhir
karangan (reference matter).
Berbeda dengan karangan ilmiah, bahasa dalam karangan
semiilmiah/ilmiah popular dan nonilmiah melonggarkan aturan, seperti
menggunakan kata-kata yang bermakna konotasi dan figurative, menggunakan
istilah-istilah yang umum atau popular yang dipahami oleh semua kalangan, dan
menggunakan kalimat yang kurang efektif seperti pada karya sastra.