Teori Yang Berhubungan
Dengan Penalaran
Penalaran secara literal Bahasa Inggris adalah reasoning.
Berasal dari kata reason, yang secara literal berarti alasan. Berarti reasoning
atau to reason adalah memberikan/memikirkan alasan.
Mungkin beberapa dari kita masih belum memahami betul apa
arti penalaran. Apakah orang yang salah nalar berarti orang bodoh? Tidak. Orang
salah nalar bisa terjadi karena strategem (kecohan yang bertujuan tertentu),
salah nalar (reasoning fallacy), atau salah nalar karena aspek kemanusiaan.
Jadi, bedakan antara penalaran dan kebodohan.
Penalaran dari aspek teoritis dapat didefinisikan sebagai
proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu
keyakinan terhadap pernyataan atau asersi.
Tujuan dari penalaran adalah untuk menentukan secara logis
dan objektif, apakah suatu pernyataan valid (benar atau salah) sehingga pantas
untuk diyakini atau dianut.
Dari definisi dan tujuan, dapat dilihat bahwa
penalaran digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu pernyataan itu dapat
diyakini atau dianut. Atau kembali secara literal, kita melihat alasan (reason)
dibalik suatu pernyataan.
Disini akan saya kaitkan secara langsung dengan contoh.
Pemimpin teroris mengatakan bahwa orang-orang diluar dari orang golongannya
adalah kafir dan halal untuk dibunuh. Kalau kita tanya ke pemimpin teroris,
kenapa Pak pimpinan teroris? Jawabannya, karena tertulis bahwa yang diluar
jalan kita, adalah kafir. Atau mungkin jawaban lainnya, saya ini pimpinan yang
dipilih oleh kekuasaan yang lebih tinggi. Kalian bisa percaya kekuasaan
tertinggi, maka kalian harusnya bisa percaya kata-kata saya.
Contoh diatas menjelaskan bahwa pemimpin teroris membuat
pernyataan. Pernyataan inidigunakan untuk membentuk keyakinan. Pernyataan
dari pemipin teroris beserta alasannya perlu kita kaji dengan menggunakan
penalaran. Penalaran akan menentukan apakah pernyataan dari pimpinan teroris
ini layak untuk kita yakini atau tidak.
Pembahasan penalaran Induktif dan penalaran Deduktif sebagai
berikut :
1. Penalaran
Induktif
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari
peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran
induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan
dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup
mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik
generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan
persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala
merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan
generalisasi.
Di dalam penalaran induktif terdapat tiga bentuk penalaran
induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal. Jenis-jenis
penalaran induktif antara lain :
a. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari
fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contohnya :
1. Chelsea Olivia adalah bintang sinetron, dan ia
berparas cantik.
2. Nia Ramadhani adalah bintang sinetron, dan ia
berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya. Contoh kesalahannya: Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya. Contoh kesalahannya: Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi :
a.1 Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh
fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh: Sensus penduduk.
a.2 Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi dimana
kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk
semua fenomena yang belum diselidiki. Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di
Indonesia senang memakai celana pantaloon. Prosedur pengujian generalisasi
tidak sempurna. Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan
kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar. Prosedur pengujian
atas generalisasi tersebut adalah:
- Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
- Sampel harus bervariasi.
- Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena
umum/ tidak umum.
b. Analogi
b. Analogi
Analogi merupakan cara penarikan penalaran dengan
membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Analogi mempunyai 4
fungsi, antara lain :
-
Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
- Meramalkan
kesaman
-
Menyingkapkan kekeliruan
-
Klasifikasi
Contoh analogi :
Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak
berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia
apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu
merunduk.
c. Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan. Macam hubungan kausal :
1. Sebab- akibat : Hujan turun
di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
2. Akibat – Sebab : Andika
tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
3. Akibat – Akibat : Ibu
mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di
rumah basah.
Contoh Kausal : Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya,
pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu,
irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin
mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya.
Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
2. Penalaran
Deduktif
Penalaran deduktif adalah suatu penarikan
kesimpulan dari hal yang bersifat khusus umum kepada hal yang bersifat khusus.
Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan
dua pernyataan yang berlainan untuk menghasilkan sebuah kesimpulan yang
merupakan pernyataan ketiga. Silogisme memiliki tiga bagian yakni: premis mayor,
premis minor dan kesimpulan.
Contoh:
Premis mayor: semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan.
Kesimpulan: jadi, Habibie adalah pemikir.
2. Entinem
Entinem adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan
bagian silogisme karena dianggap telah dipahami.
Contoh:
Premis mayor: semua guru adalah pengajar bagi
murid-muridnya.
Premis minor: pak Tarno adalah guru.
Kesimpulan : jadi, pak Tarno adalah pengajar bagi
murid-muridnya.
Jika proses penalaran itu diubah menjadi entinem, maka
buyinya menjadi “Pak Tarno adalah seorang guru, yang mengajari murid-muridnya.
Penalaran dan pemecahan masalah merupakan komponen yang
penting alam kehidupan manusia. Stenberg adalah seorang psikologi kognitif
generasi baru yang membahasan tentang intelegensi manusia dalam hubungannya
dengan penalaran dan pemecahan masalah. Stenberg mengemukakan teori tentang
intelegensi yang disebut teori triarkis (triarchic theory)yang meliputi
yang meliputi tiga sub teori antara lain adalah :
1. Perilaku Intelegent Komponensial
Sub teori ini menjelaskan struktur dan mekanisme
yang mendasari perilaku intelegen. Dalam teori ini terdapat 3 komponen
pemrosesan informasi yaitu :
a. Belajar bagaimana melakukan hal-hal tertentu.
b. Merencanakan hal-hal yang akan dilakukan serta
bagaimana cara melakukannya.
c. Melakukan hal tersebut.
Orang-orang dengan jenis intelejensi ini pada umumnya dapat
melewati tes dengan baik dan menjadi yang terbaik dalam tes tersebut. Mereka
dapat mengomentari pekerjaan orang lain dengan baik, juga mempunyai kemampuan
berfikir analitis yang tinggi.
2. Perilaku Intelegen Eksperiensial
Komponen ini memberikan fakta bahwa untuk tugas maupun
situasi yang unik, perilaku yang “intelegent” menurut pengalamn umum. Jenis
intelegensi ini paling Nampak ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang
baru atau berusaha mengotomatisasi tugas tertentu. Orang-orang yang mempunyai
komponen ini kemungkinan tidak memperoleh skor tertinggi dalam test IQ,
tetapi mereka kreatif. Pada umumnya, kemampuan mereka dapat menuntun pada
kesuksesan dalam berbagai bidang, baik itu bidang bisnis, medis, maupun
pertukangan.
3. Perilaku Intelegent Kontekstual
Perilaku intelegent kontekstual meliputi :
a. Adaptasi terhadap lingkungan.
b. Pemilihan terhadap lingkungan yang lebih optimal dibanding
apa yang dilakukan individu pada umunya.
c. Menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi
peningkatan keahlian, minat, dan nila-nilai.
Perilaku intelegent kontekstual membantu seseorang
menemukanhal apa yang paling sesuai dengan lingkungan dengan cara mengubah
salah satu maupun keduanya. Jenis intelegensi ini merupakan alat/instrument yang
paling penting dalam pergaulan sehari-hari, baik dalam lingkup perkampungan
kumuh maupun ruang rapat.
Macam-macam penalaran
a. Penalaran Langsung
Penalaran langsung merupakan penalaran yang premisnya hanya sebuah proposisi dan langsung disusul dengan proposisi lain sebagai kesimpulannya. Penalaran langsung ditarik hanya dari satu premis saja. Penarikkan konklusi secara langsung dapat memberikan keterangan yang lengkap tentang proposisi yang diberikan, yaitu dengan menyatakan secara eksplisit apa-apa yang telah dinyatakan secara implisit didalam premis.
Contoh : semua bintang film memakai sabun Lux (S=P)
Jadi, sebagian pemakai sabun Lux adalah bintang film
Istilah penalaran langsung berasal dari Aristoteles untuk menunjukkan penalaran, yang premisnya hanya terdiri dari sebuah proposisi saja. Konklusinya ditarik langsung dari proposisi yang satu itu dengan membandingkan subjek dan predikatnya.
b. Penalaran tidak langsung
Penalaran tidak langsung, penarikkan konklusinya atas lebih dari satu proposisi. Konklusinya ditarik dari dua premis.
Contoh : Semua mahasiswa adalah anak pintar.
Dina adalah mahasiswa.
Dina adalah anak pintar.
a. Penalaran Langsung
Penalaran langsung merupakan penalaran yang premisnya hanya sebuah proposisi dan langsung disusul dengan proposisi lain sebagai kesimpulannya. Penalaran langsung ditarik hanya dari satu premis saja. Penarikkan konklusi secara langsung dapat memberikan keterangan yang lengkap tentang proposisi yang diberikan, yaitu dengan menyatakan secara eksplisit apa-apa yang telah dinyatakan secara implisit didalam premis.
Contoh : semua bintang film memakai sabun Lux (S=P)
Jadi, sebagian pemakai sabun Lux adalah bintang film
Istilah penalaran langsung berasal dari Aristoteles untuk menunjukkan penalaran, yang premisnya hanya terdiri dari sebuah proposisi saja. Konklusinya ditarik langsung dari proposisi yang satu itu dengan membandingkan subjek dan predikatnya.
b. Penalaran tidak langsung
Penalaran tidak langsung, penarikkan konklusinya atas lebih dari satu proposisi. Konklusinya ditarik dari dua premis.
Contoh : Semua mahasiswa adalah anak pintar.
Dina adalah mahasiswa.
Dina adalah anak pintar.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar