Jumat, 21 Maret 2014

Teori Yang Berhubungan Dengan Penalaran

Teori Yang Berhubungan Dengan Penalaran
Penalaran secara literal Bahasa Inggris adalah reasoning. Berasal dari kata reason, yang secara literal berarti alasan. Berarti reasoning atau to reason adalah memberikan/memikirkan alasan.
Mungkin beberapa dari kita masih belum memahami betul apa arti penalaran. Apakah orang yang salah nalar berarti orang bodoh? Tidak. Orang salah nalar bisa terjadi karena strategem (kecohan yang bertujuan tertentu), salah nalar (reasoning fallacy), atau salah nalar karena aspek kemanusiaan. Jadi, bedakan antara penalaran dan kebodohan.
Penalaran dari aspek teoritis dapat didefinisikan sebagai proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap pernyataan atau asersi.
Tujuan dari penalaran adalah untuk menentukan secara logis dan objektif, apakah suatu pernyataan valid (benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut.
Dari definisi dan tujuan, dapat dilihat bahwa penalaran digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu pernyataan itu dapat diyakini atau dianut. Atau kembali secara literal, kita melihat alasan (reason) dibalik suatu pernyataan.
Disini akan saya kaitkan secara langsung dengan contoh. Pemimpin teroris mengatakan bahwa orang-orang diluar dari orang golongannya adalah kafir dan halal untuk dibunuh. Kalau kita tanya ke pemimpin teroris, kenapa Pak pimpinan teroris? Jawabannya, karena tertulis bahwa yang diluar jalan kita, adalah kafir. Atau mungkin jawaban lainnya, saya ini pimpinan yang dipilih oleh kekuasaan yang lebih tinggi. Kalian bisa percaya kekuasaan tertinggi, maka kalian harusnya bisa percaya kata-kata saya.
Contoh diatas menjelaskan bahwa pemimpin teroris membuat pernyataan. Pernyataan inidigunakan untuk membentuk keyakinan. Pernyataan dari pemipin teroris beserta alasannya perlu kita kaji dengan menggunakan penalaran. Penalaran akan menentukan apakah pernyataan dari pimpinan teroris ini layak untuk kita yakini atau tidak.
Pembahasan penalaran Induktif dan penalaran Deduktif sebagai berikut :
1.  Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Di dalam penalaran induktif terdapat tiga bentuk penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal. Jenis-jenis penalaran induktif antara lain :
a.  Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contohnya :
1.  Chelsea Olivia adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
2.  Nia Ramadhani adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya. Contoh kesalahannya: Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi :
a.1 Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh: Sensus penduduk.
a.2 Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon. Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna. Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar. Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
- Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
- Sampel harus bervariasi.
- Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
b.   Analogi
Analogi merupakan cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Analogi mempunyai 4 fungsi, antara lain :
-          Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
-          Meramalkan kesaman
-          Menyingkapkan kekeliruan
-          Klasifikasi
Contoh analogi :
Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
c.   Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Macam hubungan kausal :
1.      Sebab- akibat : Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
2.      Akibat – Sebab : Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
3.      Akibat – Akibat : Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Contoh Kausal : Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
2.  Penalaran Deduktif
 Penalaran deduktif adalah suatu penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat khusus umum kepada hal yang bersifat khusus. Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:
1.      Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua pernyataan yang berlainan untuk menghasilkan sebuah kesimpulan yang merupakan pernyataan ketiga. Silogisme memiliki tiga bagian yakni: premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Contoh:
Premis mayor: semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan.
Kesimpulan: jadi, Habibie adalah pemikir.

2.      Entinem
Entinem adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme karena dianggap telah dipahami.
Contoh:
Premis mayor: semua guru adalah pengajar bagi murid-muridnya.
Premis minor: pak Tarno adalah guru.
Kesimpulan : jadi, pak Tarno adalah pengajar bagi murid-muridnya.
Jika proses penalaran itu diubah menjadi entinem, maka buyinya menjadi “Pak Tarno adalah seorang guru, yang mengajari murid-muridnya.
Penalaran dan pemecahan masalah merupakan komponen yang penting alam kehidupan manusia. Stenberg adalah seorang psikologi kognitif generasi baru yang membahasan tentang intelegensi manusia dalam hubungannya dengan penalaran dan pemecahan masalah. Stenberg mengemukakan teori tentang intelegensi yang disebut teori triarkis (triarchic theory)yang meliputi yang meliputi tiga sub teori antara lain adalah :
1. Perilaku Intelegent Komponensial
Sub teori ini menjelaskan struktur dan mekanisme yang mendasari perilaku intelegen. Dalam teori ini terdapat 3 komponen pemrosesan informasi yaitu :
a. Belajar bagaimana melakukan hal-hal tertentu.
b. Merencanakan hal-hal yang akan dilakukan serta bagaimana cara melakukannya.
c. Melakukan hal tersebut.
Orang-orang dengan jenis intelejensi ini pada umumnya dapat melewati tes dengan baik dan menjadi yang terbaik dalam tes tersebut. Mereka dapat mengomentari pekerjaan orang lain dengan baik, juga mempunyai kemampuan berfikir analitis yang tinggi.
2. Perilaku Intelegen Eksperiensial
Komponen ini memberikan fakta bahwa untuk tugas maupun situasi yang unik, perilaku yang “intelegent” menurut pengalamn umum. Jenis intelegensi ini paling Nampak ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang baru atau berusaha mengotomatisasi tugas tertentu. Orang-orang yang mempunyai komponen ini kemungkinan tidak memperoleh skor tertinggi dalam test IQ, tetapi mereka kreatif. Pada umumnya, kemampuan mereka dapat menuntun pada kesuksesan dalam berbagai bidang, baik itu bidang bisnis, medis, maupun pertukangan.
3. Perilaku Intelegent Kontekstual
Perilaku intelegent kontekstual meliputi :
a. Adaptasi terhadap lingkungan.
b. Pemilihan terhadap lingkungan yang lebih optimal dibanding apa yang dilakukan individu pada umunya.
c. Menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi peningkatan keahlian, minat, dan nila-nilai.
Perilaku intelegent kontekstual membantu seseorang menemukanhal apa yang paling sesuai dengan lingkungan dengan cara mengubah salah satu maupun keduanya. Jenis intelegensi ini merupakan alat/instrument yang paling penting dalam pergaulan sehari-hari, baik dalam lingkup perkampungan kumuh maupun ruang rapat.
Macam-macam penalaran
a. Penalaran Langsung
Penalaran langsung merupakan penalaran yang premisnya hanya sebuah proposisi dan langsung disusul dengan proposisi lain sebagai kesimpulannya. Penalaran langsung ditarik hanya dari satu premis saja. Penarikkan konklusi secara langsung dapat memberikan keterangan yang lengkap tentang proposisi yang diberikan, yaitu dengan menyatakan secara eksplisit apa-apa yang telah dinyatakan secara implisit didalam premis.
Contoh : semua bintang film memakai sabun Lux (S=P)
Jadi, sebagian pemakai sabun Lux adalah bintang film
Istilah penalaran langsung berasal dari Aristoteles untuk menunjukkan penalaran, yang premisnya hanya terdiri dari sebuah proposisi saja. Konklusinya ditarik langsung dari proposisi yang satu itu dengan membandingkan subjek dan predikatnya.
b. Penalaran tidak langsung
Penalaran tidak langsung, penarikkan konklusinya atas lebih dari satu proposisi. Konklusinya ditarik dari dua premis.
Contoh : Semua mahasiswa adalah anak pintar.
Dina adalah mahasiswa.
Dina adalah anak pintar.

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar