Minggu, 04 Mei 2014

Perbedaan Karangan Ilmiah dengan Karangan Populer

A.     Pengertian karya ilmiah


1. Pengertian

        Menurut I.G.A.K. Wardani dkk. (2007) karya ilmiah adalah satu karangan yang disusun secara sistematis dan bersifat ilmiah. Sistematis berarti bahwa karangan atau karya tulis tersebut disusun menurut aturan tertentu sehingga kaitan antara bagian – bagian tersebut sangat jelas dan padu.Bersifat ilmiah, berarti bahwa karya tulis tersebut menyajikan satu deskripsi , gagasan, argumentasi atau pemecahan masalah yang didasarkan pada berbagai bukti empiric atau kajian teoritis sehingga para pembacanya dapat merunut atau mencari kebenaran bukti empiric atau teori yang mendukung gagasan tersebut.

        Pengertian di atas sejalan dengan pengertian yang diberikan oleh Brotowijoyo, yang dikutip oleh Zaenal Arifin ( 1993) sebagai berikut “ karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar “. Ditambahkan pula bahwa karangan ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran tanpa mengingat akibatnya. Kebenaran dalam sebuah karya ilmiah bukan merupakan kebenaran normative, melainkan kebenaran objektif dan positif sesuai dengan fakta dan data lapangan.
    
       Karya ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan ) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperoleh melalui keputusan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang lain sebelumnya. Menurut Pateda (1993), karya ilmiah adalah hasil pemikiran pada suatu disiplin ilmu tertentu yang disusun secara sistematis, ilmiah, logis, benar, bertanggung jawab, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Jadi, karya ilmiah bukan sekadar untuk mempertanggungjawabakan penulisan karya ilmiah tersebut secara teknis dan materi. Hal ini terjadi karena hasil suatu karya ilmiah dibaca dan dipelajari oleh orang lain dalam kurun waktu yang tidak terbatas sebagai sarana mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.




    Penyusunan karya ilmiah harus memenuhi kaidah, antara lain a) penyebuatn sumber tulisan yang jelas. Jika penyusunan karya ilmiah mengutip pendapat orang lain, maka sumber kutipan itu harus disebutkan dengan jelas dan lengkap; b) memenuhi kaidah penulisan yang berkaitan dengan teknik kutip – mengutip, penulisan kata, frasa, dan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar.

        Ciri – ciri ahasa keilmuan sebagai media karya ilmiah menurut Jujun S. Suriasumantri (1999), antara lain :

a.    Reproduktif, artinya ahwa maksud yang ditulis oleh penulisnya diterima dengan makna yang sama oleh pembaca. Oleh karena itu, tulisan ilmiah harus mempergunakan bahasa yang bermakna denotative agar terdapat satu pemahaman makna antara penulis dan pembaca.

b.    Tidak ambigu, artinya tidak bermakna ganda akibat penulisnanya kurang menguasai materi atau kurang mampu menyusun kaloimat dengan subjek dan predikat yang jelas

c.    Tidak emotif, artinya tidak melibatkan aspek perasaan penulis. Hal – hal yang diungkapkan harus rasional, tanpa diberi tambahan pendapat subjektif dan emosional penulisannya. Oleh karena itu , tulisan ilmiah harus bersifat jelas, objektif, dan tidak berlebihan.

d.    Penggunaan bahasa baku dalam ejaan, kata, kalimat, dan paragraph. Penulis harus memepergunakan bahasa dengan mengikuti kaidah tata bahasa agar hasil tulisan tidak mengandung salah tafsir bagi pembaca. Karya ilmiah merupakan karya yang ditulis untuk dibaca semua orang dengan rentang waktu yang tidak terbatas.

e.    Penggunaan istilah keilmuan. Penulis karya ilmiah harus mempergunakan istilah – istilah keilmuan bidang tertentu sebagai bukti penguasaan penulis terhadap ilmu tertentu yang tidak dikuasai oleh penulis pada bidang ilmu yang lain. Istilah keilmuan dipergunakan pula untuk mengkomunikasikan ilmu terhdap ilmu tertentu yang tidak dikuasai oleh penulis pada bidang ilmu yang lain. Istilah keilmuan dipergunakan pula untuk mengkomunikasikan ilmu kepdad pembaca sehingga dapat dipelajari atau diteliti lebih lanjut.

f.     Bersifat denotative, artinya penulis  dalam karya ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang hanya memiliki satu makna. Hal ini dilakukan untuk menjaga konsistensi tulisan, sehingga tidak membingungkan pembaca.

g.    Rasional, artinya penulis harus menonjolkan keruntututan pikiran yang logis, alur pemikiran yang lancer, dan kecermatan penulisan.

h.    Ada kohesi antar kalimat pada setipa paragraph dan koherensi antar paragraph dalam setiap bab.

i.      Bersifat straight forward atau langsung ke sasaran. Tulisan ilmiah hendaknya tidak berbelit – belit, tetapi langsung ke penjelasan atau paparan yang hendak disampaikan kepada pembaca.

j.      Penggunaan kalimat efektif, artinya kalimat itu dapat bersisi, tidak berkepanjangan (bertele-tele), sehingga makana yang hendak disampaikan kepada pembaca tepat mencapai sasaran.

2. Ciri – Ciri Karya Ilmiah

Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
Kaya tulis ilmiah berbeda dengan karya tulis jurnalistik. Karya tulis ilmiah juga berbeda dengan karya tulis prosa fiksi. Perbedaan itu terlihat pada hal-hal berkut.
·         Apabila karya tulis jurnalistik mendeskripsikan objek atau menceritakan peristiwa sebagai tujuan utama penulisan, karya tulis ilmiah mendeskripsikan objek atau menceritakan peristiwa sebagai bukti yang mendasari penyimpulan sebuah teori. Oleh karena itu, tugas jurnalis adalah “memfoto” fenomena apa adanya, tanpa diikuti komentar atau analisis teori. Sebaliknya, tugas ilmuwan atau akademisi adalah menganalisis fenomena berdasarkan teori tertentu.
·         Apabila karya tulis prosa fiksi menonjolkan ekspresi emosi atau perasaan, karya tulis ilmiah menonjolkan ekspresi akal pikiran. Oleh karena itu, pengarang prosa fiksi bebas mengekspresikan imajinasinya yang subjektif. Sebaliknya, penulis karya ilmiah bebas mengekspresikan analisis logis yang objektif.
Apa pun jenis karya ilmiah yang ditulis oleh ilmuwan atau akademisi – sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya – harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
·         Objektif. Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga, setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek kebenaran dan keabsahanya.
·         Netral. Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat ‘mengajak’, ‘membujuk’, atau ‘mempengaruhi’ pembaca dihindarkan.
·         Sistematis. Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
·         Logis. Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
·         Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.

3. Jenis Karya Tulis Ilmiah


Seperti yang sudah saya sampaikan pada postingan terdahulu tentang macam-macam karya tulis ilmiah, Karya tulis ilmiah dapat disajikan dalam bentuk laporan penelitian, artikel ilmiah di jurnal, artikel ilmiah popular di media massa, makalah seminar, buku, diktat, modul, maupun karya terjemahan. Dengan demikian terdapat banyak pilihan bagi guru dalam mengembangkan profesinya melalui karya tulis ilmiah. Tidak ada salahnya pada tulisan ini saya jabarkan lagi secara singkat jenis-jenis karya tulis ilmiah.
1.   Makalah atau paper merupakan rumusan atau simpulan pemikiran sebagai hasil telaah atau pengkajian sederhana dari sebuah referensi bacaan, pemikiran tokoh, ilmuwan atau penulis sebelumnya. Karya ilmiah jenis ini biasa diberikan oleh dosen atau guru kepada mahasiswa atau siswanya. Tujuannya biasa untuk memberikan ruang bagi peserta didik dalam menuangkan gagasan ilmiahnya untuk mengasah kemampuan intelektualnya dalam menanggapi permasalahan yang berkembang. Makalah biasanya disajikan dalam forum seminar, lokakarya, workshop dan sejenisnya.
2.   Laporan praktikum biasanya merupakan laporan tertulis dari serangkaian kegiatan praktikum yang telah dilakukan oleh seorang atau sekelompok siswa. Dalam menuliskan laporan unsur kronologis menjadi sangat penting karena praktik kerja baik di lapangan maupun di laboratorium terdiri dari tahapan-tahapan yang sistematis yang harus dilaporkan secara sistematis juga. Dengan demikian penulisan laporan praktikum dituntut untuk menyampaikan sebuah kegiatan secara sistematis, runtut dan terperinci.
3.   Artikel merupakan gagasan tertulis dari penulis tentang suatu permasalahan yang didasarkan pada kajian pustaka atau hasil penelitian. Artikel merupakan diseminasi pemikiran dari ahli atau seseorang yang secara intens mengamati permasalahan tertentu (pengamat). Artikel hampir mirip dengan makalah, yang membedakan adalah ruang publikasinya. Apabila makalah disampaikan dalam forum seminaratau workshop, artikel dipublikasikan di media massa baik jurnal ilmiah atau media massa (koran atau majalah, yang biasa disebut artikel ilmiah populer). Artikel dapat ditulis dalam berbagai bentuk yaitu opini, essay atau feature. Opini merupakan gagasan pribadi penulis, sedangkan essay merupakan karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang penulisnya (Kamus Besar Bagasa Indonesia, 2005: 308). Sedangkan feature merupakan bentuk penulisan artikel yang berupa berita.
4.   Tugas akhir baik skripsi (tingkat S1), thesis (S2) atau disertasi (S3) merupakan karya ilmiah yang ditujukan untuk mengakhiri studi di perguruan tinggi. Tugas akhir biasanya berupa hasil penelitian dari bidang tertentu (sesuai jurusan atau program studi yang diambil) yang kemudian diujikan secara lisan untuk memperoleh derajat kelulusan dan kelayakan karya tersebut.

B.      Pengertian Karangan populer
1. Pengertian

                Karangan ilmiah adalah karangan yang disusun secara sistematis dan bersifat menyampaikan ilmu pengetahuan. Karangan ilmiah di atas disebut karangan ilmiah baku karena menggunakan bahasa baku. Bahasa baku adalah bahasa yang distandarisasikan sebagai acuan aturan tata tulis ilmiah. Adapun karangan ilmiah popular adalah karangan yang disusun secara sistematis bersifat menyampaikan ilmu pengetahuan dengan menggunakan bahasa popular. Kedua jenis karangan ini intinya dibedakan oleh bahasa yang digunakan dan cara penyajiannya.
Masalahnya sekarang apa dan bagaimana bahasa popular itu? Bahasa popular adalah bahasa yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, sedangkan bahasa baku, yang biasa disebut bahasa resmi, biasa digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau pada acara-acara formal dan kenegaraan. Dari segi pemerolehannya, bahasa popular diperoleh dari masyarakat, sedangkan bahasa baku diperoleh dari dunia akademik.
Bahasa popular bersifat sederhana dan santai sehingga mudah dipahami. Memahami pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa popular tidak perlu konsentrasi tinggi, sedangkan bahasa baku dengan istilah teknisnya sebagai cirri karya ilmiah harus menggunakan konsentrasi tinggi yang terkadang membuat orang malas membacanya.
Karangan ilmiah popular memiliki cirri, yakni bahasa dan penyajiannya sederhana. Pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca dikemas dalam bahasa sesederhana mungkin agar mudah dipahami. Ciri bahasa yang sederhana dapat dilihat dari pilihan kata, pembentukan kalimat, tidak menggunakan istilah teknis, dan tidak menggunakan bahasa asing. Istilah teknis adalah istilah-istilah baku dalam disiplin ilmu tertentu. Semua disiplin ilmu mempunyai istilah teknis masing-masing yang tidak bisa digunakan pada disiplin ilmu lain meskipun maknanya sama.
Inti karangan ilmiah harus menyampaikan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh, kita mempunyai ilmu pengetahuan cara budi daya ikan lele dumbo. Pengetahuan itu kemudian kita beritahukan kepada orang lain. Selanjutnya ditulis secara sistematis dengan bahasa sehari-hari, maka jadilah karangan ilmiah populer. Di sini penulis menyampaikan ilmu pengetahuan cara budi daya lele dumbo kepada pembacanya.
Contoh lain, kita mempunyai keahlian membuat kue dan ingin mengajarkannya kepada orang lain. Kita tulis bahan-bahannya, cara membuat adonan, cara mencetak, cara memanggang, dan cara menyajikannya secara berurutan kemudian dimuat di suatu majalah, jadilah sebuah karya ilmiah populer. Karya ilmiah populer paling sederhana bisa dilihat di majalah-majalah dinding baik di sekolah maupun di rumah sakit. Di rumah sakit biasa ada tulisan-tulisan cara merawat bayi, cara mengatasi demam berdarah, cara mengatasi muntaber, dan lain-lain. Artikel-artikel tersebut termasuk karya ilmiah populer meskipun ditulis dengan bahasa sederhana dan ringkas, tetapi pada dasarnya ditujukan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.

C.      Perbedaan Karangan Ilmiah dengan Karangan Populer

  “Kecermatan dalam berbahasa mencerminkan ketelitian dalam berpikir” adalah slogan yang harus dipahami dan diterapkan oleh seorang penulis. Melalui kecermatan bahasa gagasan atau ide-ide kita akan tersampaikan. Oleh karena itu, penguasaan bahasa amat diperlukan ketika Anda menulis.
Bahasa dalam karangan ilmiah menggunakan ragam bahasa Indonesia resmi. Ciri-ciri ragam resmi yaitu menerapkan kesantunan ejaan (EYD/Ejaan Yang Disempurnakan), kesantunan diksi, kesantunan kalimat, kesantunan paragraph, menggunakan kata ganti pertama “penulis”, bukan saya, aku, kami atau kita, memakai kata baku atau istilah ilmiah, bukan popular, menggunakan makna denotasi, bukan konotasi, menghindarkan pemakaian unsur bahasa kedaerahan, dan mengikuti konvensi penulisan karangan ilmiah.
Terdapat tiga bagian dalam konvensi penulisan karangan ilmiah, yaitu bagian awal karangan (preliminaries), bagian isi (main body), dan bagian akhir karangan (reference matter).
      Berbeda dengan karangan ilmiah, bahasa dalam karangan semiilmiah/ilmiah popular dan nonilmiah melonggarkan aturan, seperti menggunakan kata-kata yang bermakna konotasi dan figurative, menggunakan istilah-istilah yang umum atau popular yang dipahami oleh semua kalangan, dan menggunakan kalimat yang kurang efektif seperti pada karya sastra.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar